Thursday, 14 March 2019

Laporan kunjungan ke Museum Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari Selasa sampai dengan Jumat dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 08.00—14.00 WIB, dan setiap hari Senin dan hari besar nasional, museum ini ditutup untuk umum.
Museum ini memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. Museum Sumpah Pemuda ini didirikan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1972 dan menjadi benda cagar budaya nasional.

A.   Sejarah Gedung Museum Sumpah Pemuda
Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908 Gedung Kramat disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis.
Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106. Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI. Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

B.   Sejarah Sumpah Pemuda
1.      Kongres Pemuda I
Perhimpunan Indonesia yang berada jauh di luar Indonesia mempunyai pengaruh yang besar terhadap semangat pemuda-pemuda di Indonesia. Para pemuda ini akhirnya menyadari akan pentingnya kebebasan, yakni merdeka dari penjajahan. Jadi, para pemuda Indonesia tergugah semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Untuk merealisasikan hal tersebut diadakanlah Kongres Pemuda.Kongres ini berlangsung dalam dua tahap yakni Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
Para panitia yang sudah terbentuk bekerja secara sukarela, mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan yang mulia. Tujuan Kongres adalah untuk menggugah semangat kerja sama antar organisasi pemuda di tanah untuk meletakkan dasar persatuan Indonesia.
Organisasi-organisasi pemuda yang ada masih bersifat kedaerahan, misalnya saja Jong Java   yang ingin mempersatukan pemuda-pemuda Jawa dala persatuan Jawa Raya. Selain Jong Java, organisasi-organisasi lain yang berkembang adalah Jong Sumatra, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes dan lain sebagainya. Pada kongres ini, dari semua perkumpulan pemuda di berbagai daerah mempunyai tujuan yang sama yakni semangat persatuan.
Dalam mencapai tujuan semangat persatuan, dibentuklah Panitia Kongres pada tanggal 15 November 1925. Susunan panitianya adalah sebagai berikut :
Ketua           :  M.Tabrani
Wakil ketua :  Sumarto
Sekretaris    :  Jamaluddin
Bendahara   :  Suwarso
Pembantu   : Bahder Johan, Yan Toule Soulehuwiy, Sarbini, Paul Pinontoan, Sanusi Pane dan Hamami.
Kongres Pemuda pertama ini akhirnya dapat dilaksanakan. Kongres ini dibuka pada tanggal 30 April 1926 dan berakhir 2 Mei 1926 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil dari organisasi kepemudaan yang ada. Organisasi-organisasi tersebut meliputi Jong Java, Jong Sumatra, Sekar Rukun, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Islaitien Bond, Jong Ambon dan lain-lain. Akan tetapi, karena terbatasnya undangan Kongres I ini hanya diahdiri oleh 100 orang.Di antara undangan ini, hadir pula seorang Komisaris Kepala dari Kepolisian Hindia Belanda, Belanda khawatir jika kongres ini dijadikan ajang untuk mengecam segala kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda.
Meskipun dalam Kongres Pemuda I belum jelas hasilnya, tapi kongres ini telah berhasil dan dapat menjadi titik tolak bagi kongres pemuda berikutnya.Hal ini sesuai dengan pendapat Jamaluddin yang menyatakan bahwa Kongres Pemuda Indonesia I merupakan cetusan kebulatan tekad angkatan muda dalam merintis terwujudnya persatuan Bangsa Indonesia.  Kongres Pemuda I ini juga  dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia berikutnya pada tahun-tahun yang akan datang.
Jadi, pada intinya Kongres Pemuda Indonesia I mengharapkan perserikatan pemuda Indonesia dalam suatu perkumpulan yang utuh yakni persatuan Bangsa Indonesia.Kongres ini juga ingin bebas atau merdeka dari penjajah, Indonessia merdeka menjadi ide dari segala pemuda Indonesia.

2.      Kongres Pemuda II
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
C.   Tata Pameran
Koleksi yang dimiliki oleh museum ini dipamerkan dalam ruang pameran tetap dengan penataan yang mengikuti kronologis peristiwa Sumpah Pemuda dengan harapan dapat menggambarkan untaian peristiwa Sumpah Pemuda.
1)      Ruang Pengenalan
Ruangan ini terletak di bagian depan gedung, persis di pintu masuk utama. Di ruangan ini dipamerkan :
·         Peta Indonesia tempat kedudukan dari organisasi-organisasi-organisasi pemuda kedaerahan
·         Peta Jakarta yang menunjukkan tempat-tempat dilaksanakannya kongres pemuda kedua dan kondisinya saat ini.
·         Panitia Kongres Pemuda Kedua
·         Patung dada Muhammad Yamin dan Sugondo Djojopuspito
·         Organisasi peserta kongres pemuda
·         Maket Gedung Sumpah Pemuda.
2)      Ruang Kongres Pemuda Indonesia Pertama[sunting | sunting sumber]
Dalam ruangan ini dipamerkan koleksi yang berkaitan dengan Kongres Pemuda Indonesia Pertama, seperti:
o   Foto peserta Kongres Pemuda Indonesia Pertama
o   Foto kegiatan selama Kongres Pemuda Indonesia Pertama
o   Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
o   Partai Nasional Indonesia
o   Cupllikan pidato pada saat Kongres Pemuda Indonesia Pertama
o   Bendera pandu yang berwarna merah putih yang berasal dari tahun 1928.
3)      Ruang Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Di ruangan ini dipamerkan koleksi yang menggambarkan peristiwa Kongres Pemuda Indonesia Kedua, seperti:
Ø  Minirama Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Ø  Suasana sidang ketiga Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Ø  Biola Wage Rudolf Soepratman
Ø  Maklumat panitia kongres dam putusan Kongres Pemuda Indonesia Kedua.
4)      Ruang Indonesia Muda
Di dalam ruangan ini disajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan pergerakan pemuda setelah diikrarkannya Sumpah Pemuda, seperti:
§  Vandel Indonesia Muda
§  Foto komisi besar Indonesia Muda
§  Foto kegiatan Indonesia Muda
5)      Ruang PPPI
Ruangan ini menyajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, setelah Kongres Pemuda Indonesia Kedua. Ruangan ini juga memamerkan koleksi yang berhubungan dengan pergerakan pemuda melalui partai politik.
6)      Ruang Tematik
Ruangan ini terdiri atas dua ruangan, terletak di paviliun Gedung Kramat 106. Ruangan ini menyajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan aktivitas pemuda pada tahun 1945, 1966 dan 1998.


Tolong cantumkan blog ini jika ingin meng-copy paste dan taruh di daftar pustaka. Terima kasih bagi yang melaksanakannya.